Jumat, 08 Januari 2010

partus lama

Partus Lama
2.3.1 Pengertian
Tentang istilah partus lama, ada juga yang menybutkan dengan partus kasep dan partus terlantar.
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi, dan lebih dari 18 jam pada multi.
Partus kasep menurut Harjono adalah merupakan fase terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gjala-gejala seperti dehidrasi, infeksi,kelelahan ibu, serta asfiksia dan kematian janin dalam kandungan (KJDK)
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks dikanan garis waspada persalinan aktif (Syarifuddin, AB.,2002).
Sedangkan pada persalinan dan kelahiran normal yaitu proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
2.3.2 Penyebab partus lama
Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multikompleks, dan tentu saja bergantung pada pengawasan selama hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya.
Factor-faktor penyebab partus lama antara lain :
1. Kelainan letak janin
2. Kelainan-kelainan panggul
3. Kelainan his
4. Pimpinan partus yang salah
5. Janin besar atau ada kelainan kongenital
6. Primitua
7. Perut gantung, grandemulti
8. Ketuban pecah dini
2.3.3 Gejala yang perlu diperhatikan dalam persalinan lama, yaitu :
1. Pada ibu
Dehidrasi
Tanda infeksi :
v Temperatur tinggi
v Nadi dan pernafasan
v Abdomen meteorismus
Pemeriksaan abdomen
v Meteorismus
v Lingkaran Bandle tinggi
v Nyeri segmen bawah rahim

Pemeriksaan lokal vulva-vagina :
v Edema vulva
v Cairan ketuban berbau
v Cairan ketuban bercampur mekonium
Pemeriksaan dalam
v Edema serviks
v Bagian terendah sulit didorong ke atas
v Terdapat kaput pada bagian terendah
Keadaan janin dalam rahim
v Asfiksia sampai terjadi kematian


Akhir dari persalinan lama adalah :
v ruftur uteri imminen
v kematian karena perdarahan, dan infeksi

2. Pada janin
v Denyut jantung janincepat/hebat/tidak teratur bahkan negatip, air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
v Kaput suksadenium yang besar.
v Moulagekepala yang hebat.
v Kematian janin dalam kandungan.
v Kematian janin intra partal.

2.3.4 Penanganan umum
Persalinan palsu/belum in partu (fase labor)
Bila his belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang. Periksa adanya infeksi saluran kencing, ketuban pecah dan bila didapatkan adanya infeksi obati secara adekuat. Bila tidak ada pasien boleh rawat janin
Fase laten memanjang (Prolonged latent phase)
Diagnosis fase laten yang memanjang dibuat secara retropekfektif. Bila his berhenti disebut persalinan palsu atau belum in partu.
Bila mana kontraksi makin teratur dan pembukaan bertambah sampai 3 cm, pasien kita sebut fase laten.
Apabila ibu berada pada fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada kemjuan, lakukan pemeriksaan dengan jalan melakukan pemeriksaan serviks :
v Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta tidak didapatkan tanda gawat janin. Kaji ulang diagnosisnya. Kemungkinan ibu belum dalam keadaan inpartu
v Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks, lakukan drip oksitosin dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl mulai dengan 8 tetes permenit, setiap 30 menit ditambah 8 tetes sampaihis adekuat (maksumum 40 tetes?menit) atau diberikan preparat prostagladin. Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin, lakukan seksio sesarea.
v Pada daerah prevalansi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban tetap utuh selama pemberian oksitosin untuk mengurangi kemungkinan terjadi penularan HIV.
v Bila didapatkan tanda adanya amnionitis, berikan induksi dengan oksitosin 5 U dalam 500 cc dekstore atau NaCl mulai 8 tetes permenit, seiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimum 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostagladin, serta obati infeksi denagn ampisilin 2 gr IV sebagai dosis awal dan I dan IV setiap 6 jam dengan gentimisin 2x 80 mg.
Fase aktif yang memanjang (prolonged active phase)
Bila tidak didapatkan tanda danya CPD atau adanya obstruksi :
v Berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki dan mempercepat kemajuan persalinan.
v Bila ketuban intak, pecahkan ketuban.
v Bila kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase aktif kurang 1 cm perjam lakukan penilaian kontraksi uterusnya.
Kontraksi uterus adekuat
Bila kontraksi uterus adekuat (3 dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik) pertimbangkan adanya kemungkinan CPD, obstruksi, malposisi atau malpresentasi.
Disproporsi sefalopelvik CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil. Bila dalam perslinan terjadi CPD akan didapatkan persalinan yang macet. Cara penilaian pelvis yang baik adalah dengan melakukan partus percobaan (Trial of labor). Kegunaan pelvimetri klinis terbatas.
v Bila diagnosis CPD ditegakkan, lahirkan bayi dengan seksio sesarea
v Bila bayi mati lakukan kraniotomi atau embriotomi (bila tidak mungkin lakukan seksio sesarea)
Partus macet (obstruksi)
Bila ditemukan tanda :
v Tanda obstruksi
v Bayi hidup lahirkan seksio sesarea
v Bayi mati lahirkan dengan kraniotomi embriotomi
Malposisi dan malpresentasi
Bila didapatkan adany malposisi dan malpresentasi
Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia uteri)
Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disporposi atau obstruksi bisa disingkirkan, penyebab paling banyak partus lama adalah kontraksi uterus yang tidak adekuat (Maternal neonatal, 2002).

2.3.6 Pertolongan
Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, seksio sesarea, dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar